Edutrend.id, Sukoharjo – TKIT Al Azharul Ulum meluncurkan program inovatif bertajuk LAUD Biru (Literasi Anak Usia Dini Membaca itu Seru), yang bertujuan untuk meningkatkan budaya literasi di kalangan anak usia dini. Program ini menggabungkan pendekatan pembelajaran diferensiasi dengan keterlibatan aktif orang tua, menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan.
Ariza Nur Mustikaningtyas, Kepala TKIT Al Azharul Ulum, menjelaskan bahwa pendekatan diferensiasi sangat penting karena anak anak memiliki gaya belajar yang beragam. “Kami memahami bahwa tidak semua anak belajar dengan cara yang sama. Dengan menyediakan berbagai jenis kegiatan, kami berharap dapat memenuhi kebutuhan belajar mereka masing-masing,” ujarnya Jumat, (15/11).
Program LAUD Biru mencakup berbagai area belajar yang dirancang khusus, seperti area membaca buku cerita bergambar untuk anak visual, area audio untuk mendengarkan cerita, serta area digital yang dilengkapi dengan video edukasi untuk anak audio visual.
“Selain itu, terdapat juga area panggung drama di mana anak-anak dapat berperan dalam cerita, serta area outdoor yang memberikan kesempatan untuk belajar di luar ruangan untuk anak naturalisme. Setiap anak dapat memilih area yang paling sesuai dengan minat mereka, yang pada gilirannya meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar,” tambah Ariza.
Keterlibatan orang tua salah satu kunci dalam keberhasilan program ini. Ariza mengungkapkan bahwa banyak orang tua yang sebelumnya jarang meluangkan waktu untuk membacakan buku kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu, program ini dirancang untuk Melibatkan orang tua, baik di sekolah maupun di rumah. “Kami ingin orang tua menyadari betapa pentingnya peran mereka dalam membangun literasi anak,” ungkapnya.
Pada pelaksanaannya, orang tua dilibatkan secara langsung, Mereka diminta untuk mendampingi anak-anak memilih area belajar dan kegiatan yang mereka sukai. pengalaman Ini menciptakan momen berharga di mana orang tua dan anak dapat berbagi pengalaman membaca bersama. Salah satu orang tua berkata, “Kegiatan ini membuat saya lebih memahami pentingnya membacakan cerita kepada anak. Saya jadi lebih sering meluangkan waktu untuk membaca bersama mereka di rumah.” ujarnya.
Anak-anak terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Mereka tidak hanya belajar membaca tetapi juga mengasah kemampuan bersosial dan mempererat hubungan dengan orang tua. “Melalui pembelajaran diferensiasi, anak-anak merasa dihargai dan termotivasi. Ketika mereka diberi kebebasan memilih, merek cenderung lebih semangat belajar,” jelas Ariza
Meskipun begitu, tantangan tetap ada, terutama bagi orang tua yang bekerja paruh waktu, mereka merasa kesulitan untuk terlibat secara aktif. Untuk mengatasi kendala ini, sekolah berusaha menjalin komunikasi dengan orang tua serta menyediakan informasi dan sumber daya yang dapat membantu orang tua mendukung kegiatan literasi di rumah. “Kami berusaha untuk menjalin hubungan yang kuat dengan orang tua, memberikan mereka alat dan informasi yang dibutuhkan untuk membantu anak-anak mereka,” tambah Ariza.
Program LAUD Biru adalah contoh nyata bagaimana diferensiasi dan keterlibatan orang tua dapat berkolaborasi untuk menciptakan budaya literasi yang positif. Dengan melibatkan orang tua dalam proses belajar, anak-anak tidak hanya mendapatkan dukungan di sekolah, tetapi juga di rumah. Hal ini membantu memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Program LAUD Biru membuktikan bahwa literasi bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga orang tua dan komunitas. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan budaya literasi yang positif dapat terwujud dan berkelanjutan. TKIT Al Azharul Ulum berkomitmen untuk terus mengembangkan program ini, menyediakan lingkungan belajar yang menarik dan mendukung pertumbuhan literasi anak-anak di masa depan serta memberikan anak abak kesempatan untuk berkembang secara menyeluruh melalui pembelajaran yang menyenangkan.
Dengan adanya program ini, anak-anak di TKIT Al Azharul Ulum tidak hanya belajar membaca, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, berpikir kritis, dan kreativitas. Melalui pendekatan diferensiasi dan keterlibatan orang tua, setiap anak diberikan kesempatan untuk belajar dengan cara mereka sendiri, menjadikan literasi sebagai bagian integral dari perkembangan mereka.
Penulis: Ariza Nur Mustikaningtyas
Editor: Fatimah