
Edutalent.id, Surakarta –-Suasana ruang kuliah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tampak dinamis sejak pagi hari pada Senin, 14 Juli 2025. Para guru dari berbagai daerah di Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, dan Sragen hadir untuk mengikuti pembukaan Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Dosen (LKPD) UMS bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) FKIP UMS.
Kegiatan ini menjadi langkah nyata UMS dalam mendukung peningkatan kompetensi guru agar lebih siap menghadapi transformasi digital di dunia pendidikan. Diklat berlangsung selama 3,5 bulan, dengan pembelajaran terbagi dalam tiga fase: In-1, On, dan In-2.
Pada Fase In-1 (14–18 Juli 2025), para peserta mengikuti serangkaian kegiatan tatap muka intensif di kampus FKIP UMS. Berdasarkan rundown kegiatan, hari pertama diawali dengan registrasi dan sambutan dari pihak LPD UMS serta Dinas Pendidikan. Sesi pembukaan dilanjutkan dengan pemaparan kebijakan Kemendikdasmen terkait integrasi mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial dalam kurikulum, serta pengantar mengenai rasional, tujuan, dan karakteristik mata pelajaran tersebut.
Informasi penting yang turut disampaikan dalam kegiatan ini adalah bahwa mulai tahun ajaran 2025/2026, mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial resmi masuk dalam pembelajaran kokurikuler di seluruh jenjang pendidikan — dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. Kebijakan ini menjadi tonggak baru dalam upaya menyiapkan generasi muda Indonesia agar memiliki kecakapan digital dan berpikir komputasional sejak dini.
Memasuki sesi-sesi berikutnya, peserta diajak mengenal konsep keilmuan Koding dan AI (KKA) serta mengikuti simulasi pembelajaran berbasis Learning Management System (LMS). Hari-hari pelatihan diisi dengan berbagai aktivitas menarik, seperti latihan soal Bebras, praktik pengoperasian perangkat AI, dan aktivitas lembar kerja (LK) yang menantang peserta untuk berpikir kritis dan kreatif.
Pada hari kedua, peserta belajar mengenali unsur pembentuk prompt untuk kecerdasan artifisial generatif, serta melakukan kreasi konten digital menggunakan teknologi AI. Hari ketiga dan keempat berfokus pada pengenalan Large Language Model (LLM) dan pemrograman kecerdasan artifisial, sementara hari kelima ditutup dengan presentasi RPP dan media ajar (MA) hasil rancangan peserta.

Setelah fase tatap muka selesai, para peserta kembali ke sekolah masing-masing untuk menjalani Fase On selama tiga bulan. Pada tahap ini, guru mengimplementasikan pembelajaran berbasis koding dan AI di kelas, menerapkan pendekatan project-based learning, serta mendokumentasikan hasilnya untuk dibahas pada Fase In-2.
Melalui diklat ini, para guru diharapkan tidak hanya memahami teknologi digital, tetapi juga mampu mengintegrasikannya secara pedagogis dalam proses pembelajaran. Seperti disampaikan oleh salah satu peserta, Kukuh Harsabat dari SMA Negeri 3 Sragen,
“Kami jadi lebih memahami arah kebijakan pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial, serta mendapat bimbingan strategi dan model pembelajaran yang bisa langsung kami terapkan di kelas,” ujarnya.
Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial UMS menjadi bagian dari upaya besar membangun ekosistem pendidikan yang adaptif, kreatif, dan kolaboratif, sejalan dengan semangat menghadapi tantangan global di era kecerdasan buatan.
Penulis: sunardi- Q100240025 mahasiswa MAP kelas 2B
