Optimalisasi Outing Class di Pabrik Batik melalui Kokurikuler Membatik dan Pameran Karya Batik

Edutrend.id, Sragen – SMP Negeri 1 Kedawung melaksanakan program outing class ke Pabrik Batik Nur Hamida, Plupuh, Sragen, sebagai bentuk optimalisasi pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan budaya lokal ke dalam pendidikan. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa kelas 7 yang antusias mengenal secara langsung proses pembuatan batik. Tujuan utama dari outing class ini adalah mengenalkan warisan budaya batik kepada siswa, bagaimana proses produksinya dilakukan, dan bagaimana sekolah menindaklanjutinya dalam bentuk kegiatan kokurikuler membatik sebagai penguatan program sekolah sehingga pengetahuan ketrampilan dan pemahaman siswa bisa optimal.

Batik sebagai warisan budaya Indonesia telah diakui UNESCO sejak tahun 2009 sebagai bagian dari Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity (UNESCO, 2009). Pengakuan ini menunjukkan bahwa batik bukan sekadar produk tekstil, melainkan sebuah simbol identitas, kreativitas, dan pengetahuan lokal yang diwariskan lintas generasi (Febriani, 2023). Dalam konteks pendidikan, batik memiliki potensi besar sebagai media pembelajaran berbasis etnopedagogi, yakni pembelajaran yang mengakar pada kearifan lokal (Cogent Education, 2025).

Fenomena di sekolah menunjukkan bahwa pembelajaran batik biasanya dilakukan melalui outing class ke sentra batik, misalnya di kabupaten yang memiliki ciri khas Batik yaitu Pekalongan, Sragen, atau Plupuh. Kegiatan ini memungkinkan siswa menyaksikan langsung proses membatik mulai dari persiapan kain, pencantingan, pewarnaan, hingga penjemuran (Nurhayati, 2020). Namun, tindak lanjut kegiatan tersebut di sekolah sering kali belum berkelanjutan, sehingga transfer keterampilan dan pengetahuan belum optimal (Chu, 2025).

Outing class di pabrik batik sebagai pusat pembelajaran

Outing class dilaksanakan pada hari Sabtu, dengan menghadirkan seluruh siswa kelas 7. Mereka diperkenalkan pada berbagai jenis batik, mulai dari batik tulis, batik cap, eco print, hingga batik kombinasi. Guru pendamping menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar kunjungan wisata, melainkan bagian dari pembelajaran berbasis kearifan lokal. Pabrik Batik Nur Hamida dipilih karena dikenal menjaga tradisi membatik dengan metode tradisional sekaligus adaptif dengan perkembangan zaman.

Siswa diajak berkeliling pabrik untuk menyaksikan tahapan produksi batik. Mereka melihat langsung persiapan bahan berupa kain mori, alat canting, malam, serta pewarna alami maupun sintetis. Pengalaman ini menjadi bekal awal bagi siswa untuk memahami bahwa batik tidak hanya bernilai seni, tetapi juga sarat dengan filosofi dan ketekunan dalam pengerjaan.

Melihat proses membatik dari dekat

Dalam kunjungan tersebut, siswa mengamati langsung dengan seksama proses mencanting, yaitu menggambar pola batik dengan malam panas menggunakan canting. Tahap berikutnya adalah pewarnaan kain batik yang dilakukan dengan teknik celup atau colet. Setelah itu, kain batik dikeringkan melalui proses penjemuran di ruang terbuka agar warna lebih meresap dan awet.

Para pengrajin batik juga menjelaskan tahap “pelorodan”, yaitu merebus kain batik untuk menghilangkan lapisan malam yang menutupi motif. Dari proses ini, siswa memahami betapa panjang dan detail langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menghasilkan selembar kain batik berkualitas.

Kokurikuler membatik di sekolah

Kegiatan outing class ini tidak berhenti di lokasi kunjungan saja. SMP Negeri 1 Kedawung menindaklanjutinya melalui kegiatan kokurikuler membatik di sekolah. Dalam kegiatan ini, siswa dilatih menggambar pola batik sederhana di atas kain, kemudian mencanting, memberi warna, dan menjemurnya secara mandiri. Sekolah menghadirkan narasumber khusus, yakni guru yang berpengalaman dalam seni batik. Hal ini bertujuan agar siswa mendapatkan bimbingan praktis sekaligus wawasan mendalam tentang berbagai jenis batik, baik motif tradisional maupun modern. Dengan cara ini, pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, melainkan juga aplikatif.

Gelar karya batik siswa sebagai puncak kegiatan

Sebagai puncak dari seluruh rangkaian program, SMP Negeri 1 Kedawung mengadakan gelar karya dan pameran hasil batik siswa. Acara ini dilaksanakan di lapangan sekolah dengan melibatkan seluruh siswa, guru, dan karyawan. Setiap kelompok siswa memamerkan karya batik yang telah mereka buat selama kegiatan kokurikuler.

Pameran ini bukan hanya ajang apresiasi, tetapi juga sarana edukasi untuk menunjukkan bahwa siswa SMP mampu menghasilkan karya batik dengan kreativitas tinggi. Guru, karyawan, dan siswa lain memberikan apresiasi tepuk tangan serta umpan balik atas karya yang ditampilkan.

Gambar 9. Foto Tim Juri menilai hasil karya batik per kelas. (dok.pribadi)

Foto Tim Juri menilai hasil karya batik per kelas. (dok.pribadi)
Foto Siswa dan Tim Guru memasang gelar karya batik siswa dilapangan sekolah. (dok.pribadi)

Siklus Optimalisasi Outing Class

Adapun  alur Optimalisasi  outing class di sekolah kami adalah sebagai berikut :

orientasi produk batik →  observasi → teori → praktik → produksi karya → apresiasi (kirab & galeri).

Ringkasan Alur Siklus Optimalisasi Outingclass
  1. Orientasi Produk Batik → orientasi hasil karya batik.
  2. Observasi Lapangan → melihat langsung ke rumah produksi batik.
  3. Teori & Diskusi Kokurikuler Batik → guru tamu / ahli/ praktisi batik   menjelaskan.
  4. Praktik Dasar Membatik → latihan dan praktik menggambar – mencanting
  5. Produksi Batik Siswa → karya selesai 100%.
  6. Apresiasi & Pameran Karya → kirab & galeri siswa.
Penjelasan Siklus Optimalisasi Outing Class Membatik
 1. Orientasi Produk Batik

Tujuannya adalah  siswa diarahkan untuk mengenal dan membayangkan produk jadinya atau hasil nyata berupa kain batik yang dimiliki dirumah masing masing. Kegiatannya yaitu Guru menjelaskan kegiatan kokurikuler berupa membuat kain putih menjadi karya batik. Siswa diajak menyiapkan mental sebagai pembelajar kreatif dan produktif dengan belajar dan praktik nyata menghasilkan batik sebagai karya autentik yang akan dipamerkan.

Guru Seni Bp. Yoga  dan Bu Dina sedang menunjukan Contoh Batik. (dok.pribadi)
Foto Bp. Karyono,Sn, Guru Tamu Ketika Presentasi tentang Batik & Alat Canting. (dok.pribadi)
2. Observasi Langsung ke Rumah Produksi/Pabrik Batik

Kegiatannya berupa Siswa outing class ke sentra batik, Melihat langsung proses pembuatan batik dari hulu ke hilir, Mencatat, mewawancarai pengrajin, dan mengaitkan dengan nilai budaya lokal. Hasil yang diharapkan di tahap ini adalah  siswa punya gambaran nyata tentang proses membatik dari awal sampai jadi.

Foto Siswa mengamati proses membatik tahap mensablon kain . (dok.pribadi)
3. Kokurikuler Teori & Praktik dan Diskusi (di Sekolah)

Kegiatannya  dengan mengundang guru tamu/ahli /pakar batik untuk memberikan teori, sejarah batik, filosofi motif, dan pengenalan alat-bahan, Diskusi interaktif, siswa bisa bertanya langsung. Hasil yang diharapkan  siswa memahami dasar teoritis dan kultural batik.

Foto Siswa membuat pola batik di kain mori. (dok.pribadi)
4. Praktik Membatik (Tahap Awal)

Kegiatannya adalah Siswa mulai latihan menggambar pola di kain sampai mencanting di kain kecil yang alat dan bahan sudah disediakan oleh sekolah, Siswa belajar teknik dasar membuat pola, mencanting, dan pewarnaan. Hasil yang diharapkan  siswa memiliki keterampilan dasar membatik.

Foto Siswa praktik mencanting batik di kain mori. (dok.pribadi)
oto Siswa Kerjasama dalam praktik  mencanting batik di kain mori. (dok.pribadi)
5. Penyelesaian Karya Batik (Tahap Produksi Utuh)

Kegiatan adalah siswa bekerja secara bertahap 0% hingga batik jadi 100% Bersama kelompok dalam satu kelas (dari menggambar pola, mencanting, pewarnaan, pelorodan) guru dan wali kelas mendampingi sebagai fasilitator. Hasil yang diharapkan adalah karya batik tiap kelas siap dipamerkan.

Foto Siswa praktik pewarnaan batik di kain mori. (dok.pribadi)
6. Apresiasi Karya & Pameran Karya (Kirab & Galeri Batik)

Kegiatannya adalah Kirab Karya Batik,  siswa bersama teman satu kelas membawa hasil batiknya berkeliling lapangan di hadapan teman, guru, dan juri. lalu karya batik siswa dipajang di area yang sudah disiapkan di sekolah. Siswa yang lain mengamati  dan memperhatikan kelebihan dan kekurangan karya batik temannya. Hasil yang diharapkan  siswa belajar menghargai proses, hasil karya, dan nilai budaya batik.

Penutup

Optimalisasi program outing class di pabrik batik, dengan kokurikuler membatik, hingga gelar karya batik siswa menunjukkan komitmen Guru SMP Negeri 1 Kedawung dalam menjaga warisan budaya lokal sekaligus mengintegrasikan pembelajaran etnopedagogi ke dalam kegiatan sekolah. di mana siswa mengerjakan proyek batik dari awal hingga pameran, sambil menerapkan berbagai kompetensi lintas mata pelajaran.

Siswa belajar matematika, dengan menghitung kebutuhan bahan, mengukur pola batik, siswa belajar IPA dengan melihat reaksi kimia dalam proses mencanting dan pewarnaan batik, siswa belajar IPS, mengenal sejarah batik, sebagai warisan budaya, studi tentang industri kreatif dan UMKM di desa plupuh, siswa juga belajar Seni budaya, dengan mengenal teknik membatik, sejarah, filosofi motif batik, dan apresiasi seni dan pameran karya.

Melalui kegiatan Outingclass di pabrik batik yang diperkaya dengan program kokurikuler membatik dan ditutup dengan gelar karya batik siswa, sekolah melakukan upaya optimalisasi belajar siswa secara menyeluruh, penguatan program ini menjadi sarana strategis untuk menghubungkan berbagai mata pelajaran, pengembangan karakter, dan penghargaan terhadap warisan budaya lokal batik, sekaligus mempersiapkan siswa memiliki nilai-nilai kedisiplinan, ketekunan, dan kreativitas, lebih adaptif, produktif, dan berdaya saing di masa depan.

Penulis: Wawan Suranto (Mahasiswa S2 MAP UMS)
Editor: Tim Redaksi Edutrend.id

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *