Edutrend.id, Surakarta – SMKN 9 Surakarta menggelar Festival Bulan Bahasa 2024 pada hari Jumat, (8/11/2024) dengan tema “Merayakan Bahasa, Menyatukan Bangsa, dan Menaklukkan Dunia”. Sebagai spirit bagi remaja untuk terus menjunjung tinggi dan menjaga nyala semangat ikrar Sumpah Pemuda.
Bulan Bahasa identik diperingati setiap Oktober untuk mengenang perjuangan mempersatukan tanah air pada peristiwa bersejarah yaitu Sumpah Pemuda. Mereka yang dulunya masih menonjolkan semangat kedaerahan, dengan penuh semangat nasionalisme kemudian melebur menjadi satu berbangsa dan bertanah air Indonesia. Selain itu, juga diikrarkan bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan yang mengikat simpul perjuangan dan kebhinekaan.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan unik oleh tiga siswa yang memandu acara dalam tiga bahasa yaitu Indonesia, Jawa, dan Inggris. Penggunaan tiga bahasa tersebut mencerminkan slogan Badan Bahasa yakni Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing. Diharapkan, para remaja tidak hanya fokus pada pengembangan satu bahasa saja. Namun, memperkaya diri dengan kemampuan multibahasa yang akan menunjang kesuksesan masa depannya.
“Para remaja harus memaksimalkan kompetensi yang, termasuk kemampuan bahasa. jika dipelajari sejak dini, hal ini dapat menjadi bekal penting dalam profesi yang akan ditekuni di masa depan,” ungkap Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 9 Surakarta, Danang Supriyanto seusai membuka kegiatan Festival Bulan Bahasa. Ia menambahkan, bahwa kegiatan Festival Bulan Bahasa merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan di SMKN 9 Surakarta.
Festival bulan bahasa ini, lanjutnya, juga diisi dengan pembacaan ikrar sumpah pemuda oleh perwakilan siswa, penampilan tari tradisional, dan juga penampilan band serta musik akustik dengan sajian lagu daerah maupun lagu pop. Persembahan tari koreografi Aku Indonesia juga disajikan dengan apik, kolaborasi antara klub tari Nawatari dan klub Band Nawaska. Menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia berkreasi dan bersatu padu membangun Nusantara dengan semangat kebersamaan. Acara yang berlangsung meriah ini juga menjadi momentum spesial dengan peluncuran sejumlah buku karya siswa dan guru, yang mencerminkan semangat literasi sekolah dalam mengembangkan kreativitas dan intelektualitas warganya. Buku yang diluncurkan pada kegiatan festival ini antara lain berjudul Urip Iku Urup karya Stevani Cahaya dari kelas XI DKV yang merupakan kumpulan puisi berbahasa Jawa dan Indonesia, Cinta dalam Keabadian yang Fana karya Oscar Satria, Perjalanan Cinta Menuju Baitullah karya Ibu Diyah Retno Palupi, Wayang: Media Dakwah Berbasis Kearifan Lokal karya Bapak Gilang Alif Utama, dan kumpulan cerpen Tak Ada Merah di St Helena karya Ibu Ary Yulistiana. Selain karya-karya tersebut juga turut diterbitkan pula kumpulan karya siswa-siswi yang lainnya. Antara lain buku kumpulan komik Teleportasi ke Negeri Belanda, kumpulan artikel Gamer Makin Hari Makin Toxic, dan karya lainnya.
Semua buku yang diluncurkan telah terdaftar melalui ISBN (International Standard Book Number) atau QRCBN (QR Code Standard Book Number) dan menjadi koleksi perpustakaan sekolah agar dapat menjadi sumber bacaan bagi warga sekolah. Kegiatan ini menunjukkan bahwa para siswa dan guru tidak hanya berada di tataran penikmat bacaan namun telah berupaya untuk memproduksi bahan bacaan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan budaya membaca dan menulis di kalangan siswa dan guru.
Salah satu penulis buku, Gilang, menyatakan kegembiraannya atas peluncuran buku tersebut, “Semoga buku ini bisa bermanfaat untuk pembaca, dan ini membuat saya semangat untuk membuat karya berikutnya.” ungkapnya.
Budaya membaca dan menulis buku memang perlu dipupuk dan dikembangkan dalam rangka memperkuat budaya literasi di kalangan warga sekolah agar muncul ekosistem yang memadai dan menumbuhkan serta memantik minat baca dan tulis. Hal ini sejalan dengan upaya menempa kemampuan remaja dalam Pembelajaran Abad 21 di antaranya adalah menguasai 6 literasi dasar (baca-tulis, numerasi, finansial, informasi teknologi, keuangan, serta budaya dan kewarganegaraan). Ekosistem tersebut memang perlu diciptakan dan dijaga keberadaannya supaya tradisi literasi menjadi kebutuhan dalam belajar maupun kehidupan keseharian.
Dengan kecakapan literasi yang baik, lanjut dia, para remaja akan lebih siap menghadapi tantangan zaman yang penuh dinamika dan perubahan. Diharapkan semakin banyak sekolah yang mendukung kegiatan literasi yang berkualitas untuk membangun dan menempa karakter siswa-siswanya sesuai dengan kriteria belajar pada Abad-21 ini.
“Selamat atas peluncuran buku karya siswa dan guru pada Festival Bulan Bahasa 2024. Semoga semangat berliterasi terus menyala dan menginspirasi generasi muda lainnya,” pungkasnya.
Penulis : Ary Yulistiana (Mahasiswa S3 Prodi Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Editor : Fatimah